PENGUKURAN
DAYA
- Pengukuran Daya Dengan Alat Pengukur Volt Dan Alat Pengukur Amper
Misalkan
bahwa bila beban tahanan adalah R,
tegangan
beban adalah V
dan arus
beban adalah
I,
sedangkan alat – alat pengukuran volt dan amper yang mempunyai
tahanan-tahanan dalamnya Rv
dan Ra
menunjukkan
Vv dan
Ia dengan
mempergunkan rangkaian pada gambar di atas, akan di dapatkan :
Vv
= IRa, Ia = I
Maka
daya yang akan di ukur adalah :
W
= I2R
= VvIa – Ia2Ra
Dan
pula dengan cara yang sama dalam (b) :
W
= VI = Vv.Ia – Va2/
Rv
Bila
di misalkan bahwa pada (b), tahanan dalam dari alat pengukur volt
adalah 10 kΩ, sedangkan alat pengukur volt menunjukkan 100V, dan
pembacan pada alat pengukuran amper = 5A, maka beban daya pada beban
:
W
= 100*5
– (1002/404)
= 499W
Dalam
hal pengukuran arus bolak – balik bila diketahui tegangan V
dan arus I
dan di
samping itu diketahui pula perbedaan fasa atau factor daya (cos
φ),
maka W di
hitung dari VI
cosφ.
- Metode Tiga Alat Pengukur Volt Dan Tiga Alat Ukur Amper
Bila dalam metode tiga alat
pengukur volt, masing – masing alat pengukur volt menunjukkan V1
V2
dan
V3,
maka :
V32
=V12
+
V22
+2V1V2cos
φ
W =
V1Icosφ
= V1V2/R
cos
φ
=
1/2R (V23
– V22
– V21)
Dalam mempergunakan cara
tiga alat pengukur amper maka bila masing-masing alat pengukur amper
menunjukkan I1,
I2
dan
I3
maka
:
I23 =
I21
+ I22
2I1I2cosφ
W =VIcosφ=
I2RI1cosφ
= R/2 (I23
– I22
– I21)
- Pengukuran Daya Dalam Sistem 3 Fasa
W1 =
V12I1cos(ϴ1
+ φ1)
W2 =
V32I3cos(ϴ3
+ φ3)
Bila tegangan dalam
jaringan-jaringan tiga fasa ini adalah seimbang maka V1,2
=
V2,3
= V3,1
dan
ϴ1
=
ϴ3
= 30o
,lagi
pula bila bebannya adalah pula seimbang makaI1
= I3
= I, dan
φ1
= φ3
=
φ dengan
demikian maka terdapat persamaan :
W1 =
VI cos (30o
+ φ)
W2 =
VI cos (30o
– φ)
Hubungan antara φ
dan W1
dan antara
φ dan
W2
diperlihatkan
dalam Gambar diatas, maka W1 dan W2 adalah negative dan penunjuk dari
kedua alat pengukur watt akan menunjuk ke arah negative. Kemudian
kumparan-kumparan tegangan dari alat pengukur di balik polaritasnya
yang akan menyebabkan alat penunjuk begerak ke arah positif, dan
untuk mendapatkan jumlah aljabar dari kedua penunjukan tersebut, maka
penunjukkan dari alat ukur watt yang mempergunakan polaritas terbalik
ini dianggap sebagai penunjukan negative. Dengan demikian maka
hakikatnya adalah bahwa pembacaan dari salah satu alat pengukur
dikurangi dengan pembacaan dari alat pengukur watt yang lainnya.
- Pengukuran Daya Reaktif
Daya reaktif (Q)
dapat
dihitung dari V1sinφ
bila
tegangan V
dan arus I
dan
perbedaan fasa φ
diketahui
dengan cara lain. Daya reaktif tersebut dapat pula dihitung dari
persamaan di bawah ini dengan mengukur V,
I dan W
Q = √{(VI)2
–
W}
Selanjutnya
daya reaktif dapat pula diukur, dengan memberikan perbedaan fasa
sebanyak 90o,
dari arus yang mengalir melalui kumparan tegangan dari alat pengukur
volt terhadap tegangan jaringan - jaringan.
Bila
tegangan – tegangan maupun beban – bebannya dalam
jaringan-jaringan tiga fasa seimbang, maka tegangan V2,3
dapat
ditempatkan dalam sirkuit tegangan, seperti diperlihatkan Gb di
bawah.
V2,3
tertinggal
dalam fasa terhadap V1
dengan
sudut sebesar 90o,
sedangkan besarnya adalah 3 kali lebihbesar, hingga 3VI
sin φ dapa
tdiukur. Jumlah dari daya reaktif seluruhnya adalah √3,
kepada hasil pembacaan alat pengukur watt. Dalam keadaan terjadinya
arus-arus yang mempunyai fasa didepan terhadap tegangan –tegangannya
maka pergunakanlah V2,3
sebagai
pengganti V2,3.
- Pengukuran – Pengukuran Fasa Dan Faktor Kerja
Untuk menghitung sudut fasa
atau factor kerja diperlukan pengukuran-pengukuran, arus dan daya
atau pemakaian dari metode pengukuran dengan tiga alat ukur volt atau
dengan tiga alat ukur amper.
Untuk pengukuran secara
langsung, dari sudut fasa atau factor kerja maka alat ukur rasio
dapat dipergunakan. Hal ini misalnya dapat dicapai dengan alat ukur
rasio dari type elektrodinamis. Jadi arus yang mengalir dalam
kumparan putar M2
sengaja
dibuat agar mendahului dalam fasa sebesar 90o
dari
pada arus yang melalui M1.
Hal ini dapat dicapai dengan sirkuit khusus yang terdiri dari tahanan
R dan kapasitansi C. M1
dan
M2
adalah
kumparan – kumparan dari alat ukur rasio type elektrodinamis.
Kemudian bila k1i1
= k2i2 dan
karena φ1
+ φ2 + 90o
maka
dapat diperoleh persamaan segai berikut :
φ1 = ϴ
Dan
dengan demikian maka sudut perputaran dari kumparan putar ϴ
akan
mungkin diukur fasanya φ1.
Dan dari sini maka factor karja cosφ1
dapat
diketahui.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar